Opini

Persoalan Menahun, Yayasan Kampus STAIS Kemana?

Sangatta – Kampus STAI Sangatta (STAIS) tempo hari mendapatkan kritikan keras dari sejumlah kalangan mahasiswa terkait Sapras (Sarana dan Prasarana), fasilitas kampus, infrastruktur maupun kenaikan iuran pembayaran mahasiswa reguler dan weekend. Hingga transparansi dana / keterbukaan informasi publik perguruan tinggi. Tentu hal ini akan menjadi bibit-bibit rusaknya marwah pendidikan.

Lantas, ada misteri apa dibalik semua ini ?

Dan teater seperti apa yang dimainkan di belakang panggung tersebut.?

Entahlah, yang pasti, dasar hukum keterbukaan informasi publik tertuang dalam UU No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, dan PP No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU Keterbukaan Informasi Publik.

Keterbukaan Informasi Publik di lingkungan perguruan tinggi pun diperkuat dengan adanya Permenristekdikti No. 75 tahun 2016 tentang Layanan Informasi Publik.

Tugas dan wewenang yayasan pun telah diatur dalam UU No.16/2001, yang pada prinsipnya pengurus bertanggung jawab atas kepengurusan atau kepentingan dan tujuan yayasan.

Ditambah lagi masalah fasilitas, sapras dan lain-lain yang tidak memadai dan mengalami kemandekan. Entah sesuai atau tidaknya dengan SOP standarisasi DIKTI, hal ini jelas menjadi persoalan yang besar.

Padahal tahun 2023 yang lalu, tercatat dari berbagai sumber, kampus STAI Sangatta telah menerima dana hibah sebesar Rp7 miliar dari APBD Kutim.

Bermacam kritikan mahasiswa tersebut bukan hanya terjadi di tahun ini saja, melainkan dari tahun-tahun sebelumnya. Hingga akhirnya pecah dalam video yang diupload di sosial media dengan durasi kurang lebih 30 detik. “Helmku memang bogo tapi kalau kamu lihat fasilitas kampusku bikin kamu melongo,” narasi di video tersebut.

Setelah dikonfirmasi kepada pihak lembaga, yah nyatanya jawabannya tidak jauh berbeda dari kritikan-kritikan sebelumnya. Dimana jawaban dari pihak lembaga selalu mengarah kepada yayasan dan urusan tri dharma perguruan tinggi.

“Kalau kami disarankan oleh yayasan silahkan urus saja tri dharma perguruan tinggi, kemudian sudah jalan, tetapi justru kami tidak merasa nyaman melakukan kegiatan di lingkungan seperti ini. Sangat-sangat terganggu, mudah-mudahan hari Sabtu yayasan sudah merespon surat untuk bersedia duduk bersama untuk sama-sama kita diskusikan,” tuturnya, dari pihak lembaga pada tanggal 22 November 2023 tahun lalu, yang di publish oleh media LPM Gazebo STAI Sangatta. (https://www.lpmstais.com/2023/11/jalan-stais-berlumpur-ketua-stais-tak.html?m=1). Saat menanggapi opini dari mahasiswa.

Dan kembali jawaban yang hampir sama dari lembaga, saat menanggapi Video yang beredar di sosial media yang di publish oleh media PROKAL (Portal Berita Kalimantan).

“Itu sudah saya sampaikan kepada yayasan, beberapa upaya juga telah saya lakukan tapi belum adanya respon. Itu pun yang kami lakukan tanpa sepengetahuan mereka, karena kami tidak diizinkan untuk bergerak diranah tersebut,” ungkapnya lewat telepon, Minggu (11/2).(https://www.prokal.co/kalimantan-timur/amp/1774150230/fasilitas-kampus-stais-kutim-rusak-dan-tak-terawat-mahasiswa-protes-ketua-tidak-membantah)

Sangat disayangkan perguruan tinggi yang berada di tengah kota yang terkenal kaya, bahkan dikenal dunia karena sumber daya alamnya. Harus menelan pil pahit atas segala problem yang terjadi ini. Dan sampai detik ini belum juga menemukan titik terang, ataupun tanggapan dari pihak yayasan Kampus STAI Sangatta. Hingga segala bentuk persoalannya sampai hari ini terkesan begitu misteri.

Lantas akan ke mana arah Perguruan Tinggi STAI Sangatta kedepannya?, jika segala bentuk permasalahannya tidak dapat diatasi oleh pihak lembaga, yayasan dan pemerintah daerah.

Apa arti kesadaran sebagai manusia yang berpendidikan dan berpengetahuan? Jika segala bentuk ketimpangan dibiarkan begitu saja. Apa arti hukum jika tidak direalisasikan dan diaktualisasikan dalam kehidupan bernegara.

Selain dari itu, juga sangat disayangkan pihak-pihak yang kontra akan kritikan mahasiswa STAI Sangatta terhadap perguruan tinggi. Seolah tidak ingin mengambil peran dalam meningkatkan mutu pendidikan kita. Meminjam titah dari Soe Hok Gie aktivis Indonesia 1998. “Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah”.

Tapi apa yang terjadi hari ini di Perguruan Tinggi STAI Sangatta bisa kita saksikan dengan saksama dinamika persoalannya.

Maka dengan ini, harapannya mahasiswa hadir sebagai penggerak sekaligus penentu arah pendidikan khususnya Kampus STAI Sangatta tidak terhenti disini.

Sekaligus meminta pihak yang bertanggung jawab baik dari yayasan, lembaga maupun pemerintahan daerah untuk bekerja sama menuntaskan persoalan dan memecahkan misteri Kampus STAI Sangatta. Sebelum menghadapi risiko yang jauh lebih besar dari persoalan saat ini.

Rail Fauzan
Mahasiswa Semester VII Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta

Back to top button