HeadlineKesehatanKutai Timur

Perjuangan Lisda Melawan Kanker : Uluran Tangan Dibutuhkan

Upnews.idSangatta – Lisda (50), seorang ibu rumah tangga warga Desa Sepaso Timur, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, tengah berjuang melawan kanker yang didiagnosis sejak tahun 2022. Kondisinya terkini memprihatinkan, dengan pembengkakan parah di bahu hingga tangan kanan, yang membuatnya seringkali kesakitan hingga pingsan.

Kisah perjuangan Lisda diungkapkan oleh suaminya, Rudy M. Simanjuntak, saat ditemui pada Rabu (23/04/2025) sore di kediaman seorang relawan di Sangatta. Awalnya, sekitar tahun 2022, Lisda merasakan benjolan di payudara kanan yang tidak sakit. Karena ketidaktahuan, benjolan itu hanya dianggap sebagai masalah biasa.

Baca Juga : Penderita Kanker Usus Dapat Sentuhan Dari Baznas Kutim

“Setelah bercerita kepada teman-temannya, istri saya dibujuk untuk berobat ke Puskesmas Bengalon. Dokter di sana terkejut dan segera merujuk ke rumah sakit di Sangatta. Setelah pemeriksaan menyeluruh, Lisda dirujuk ke RSUD Abdul Wahab Sjahrani (AWS) Samarinda,” jelas Rudy.

Di AWS Samarinda, Lisda menjalani perawatan intensif selama sekitar enam bulan, termasuk pemberian obat-obatan, karantina, operasi, hingga persiapan kemoterapi.

“Setelah diperbolehkan pulang, dokter Zainal menyarankan kontrol setiap tiga hari sekali. Namun, biaya transportasi Bengalon-Samarinda yang cukup jauh dan menipisnya sisa pesangon kerja di tambang menjadi kendala. Belum lagi ada obat-obatan yang tidak ditanggung BPJS,” lanjutnya.

Dengan keterbatasan biaya, Rudy tetap membawa Lisda kembali ke AWS enam bulan kemudian untuk menjalani enam sesi kemoterapi. Di sela menunggu luka pasca kemoterapi ketiga mengering, Lisda memutuskan pulang karena ibunya sakit stroke dan komplikasi jantung.

Baca Juga : Isran Noor Resmikan Pelayanan Kanker Terpadu

Di tengah kondisinya yang juga lemah, Lisda tetap merawat ibunya di rumah sakit selama sekitar satu bulan hingga diperbolehkan pulang. “Selama merawat ibu, jadwal kemoterapi Lisda terlewatkan. Di rumah, dia berusaha terlihat baik-baik saja agar ibunya tidak khawatir. Saat itu, kondisinya memang tidak terasa sakit, sehingga ia sempat membuka salon rambut,” ujar Rudy.

Namun, pada Oktober 2024, benjolan kembali muncul di pundak kanan Lisda dan semakin membesar. Atas saran keluarga, mereka mencoba pengobatan alternatif di Palu, Sulawesi Tengah. Setelah pengobatan tradisional, bengkak sempat menurun, namun seminggu kemudian muncul bisul dengan tiga mata di benjolan awal. Setiap kali pecah, benjolan semakin meluas.

“Kami sudah berusaha berobat ke berbagai tempat, tapi belum ada yang cocok. Untuk pengobatan medis, kami terkendala biaya, apalagi saya sudah tidak bekerja,” ungkap Rudy.

Baca Juga : RSUD Kudungga Terima Bantuan Alat Penanganan Penyakit Katastropik dari Kemenkes RI

Puncaknya, sejak awal Maret 2025, kondisi Lisda semakin memburuk hingga tidak dapat beraktivitas normal. Pembengkakan di tangannya yang sebelumnya berisi cairan kini mengeras.

Rudy mengaku malu untuk meminta bantuan, namun teman-teman dan organisasi masyarakat akhirnya mengetahui kondisi Lisda dan berinisiatif menggalang donasi. Hasil donasi inilah yang kembali memberikan harapan untuk pengobatan medis Lisda.

“Tadi kami sudah ke RS Meloy, namun dokter spesialis sedang tidak ada dan diminta datang malam ini. Insya Allah, mungkin Senin kami akan ke AWS, atau secepatnya Jumat, setelah mengondisikan fisik Lisda setelah perjalanan jauh dari Bengalon,” pungkas Rudy.

Bagi masyarakat yang tergerak untuk membantu pengobatan Lisda, dapat menyalurkan donasi melalui Rudy M. Simanjuntak di 0821-4948-9060 (An/Dr)

Baca Juga

Back to top button