Aidil Fitri Perjuangkan Pembangunan Jembatan di Telen Masuk MYC, Bebaskan Dari Keterisoliran
Upnews.id, Sangatta – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), H. Aidil Fitri terus menyuarakan perjuangan pembangunan jembatan penghubung yang sangat dinantikan masyarakat Kecamatan Telen.
Jembatan ini, khususnya yang menghubungkan Desa Long Melah dan Marah Haloq, dipandang sebagai kunci untuk mengintegrasikan delapan desa yang selama ini terisolasi oleh jaringan sungai.
Baca juga : Aidil Fitri Kawal Proyek MYC Rp 91,5 Miliar: Jembatan Long Melah–Marah Haloq Kunci Akses Telen
Aidil Fitri, politisi dari Daerah Pemilihan (Dapil) 4, menekankan bahwa Telen adalah satu-satunya wilayah di dapilnya yang belum terintegrasi sepenuhnya.
Keberadaan delapan desa di kecamatan ini terpisah-pisah oleh Sungai Telen dan Sungai Marah, memaksa warga bergantung pada kapal feri untuk aktivitas sehari-hari.
“Di Kecamatan Telen ada delapan desa, satu sama lain terpisah. Ada dua desa di daratan, yaitu Juk Ayaq dan Baturedi. Dua desa terpisah Sungai Telen, yakni Rantau Panjang dan Marah Haloq. Setelah itu, Sungai Marah memisahkan empat desa lagi, yaitu Long Melah, Long Segar, Kernyanyan, dan Long Noran,” jelas Aidil Fitri pada Selasa (25/11/2025)
Keterbatasan akses ini menciptakan rantai masalah, terutama pada sektor ekonomi dan keselamatan warga. Masyarakat yang mayoritas perekonomiannya di sektor perkebunan, kesulitan mengangkut hasil panen ke pabrik.
Mereka harus melalui feri, yang menambah biaya penyeberangan dan membuat harga jual komoditas menjadi anjlok.
“Harga TBS sawit di Telen itu diangka Rp2.600/kg jika di jual ke tengkulak, jauh di bawah harga di Wahau atau Kongbeng yang mencapai Rp3.000/kg,” tambahnya.
Baca juga : Fraksi PKS Sampaikan Pandangan RAPBD 2025
Selain itu, tidak adanya jembatan membuat biaya angkut yang tinggi, yang berdampak pada harga kebutuhan pokok. “LPG 12 kg di Long Melah dan sekitarnya bisa mencapai Rp290.000, sementara di Wahau hanya sekitar Rp230.000, ada selisih Rp60.000,” ungkapnya.
Ketergantungan pada feri juga menyimpan risiko kecelakaan. Aidil Fitri mencontohkan terjadinya insiden tragis pada tahun 2023 di penyeberangan Long Wehea, di mana sebuah feri karam dan menyebabkan korban jiwa saat warga pulang berobat.
Kapal feri yang hanya beroperasi dari pagi hingga sore ini, juga menghambat aktivitas dan keperluan mendesak masyarakat. Dimana jika ada jembatan penyebrangan maka dapat menggerakan roda perekonomian masyarakat selama 24 jam.
Aidil Fitri mengungkapkan bahwa pembangunan jembatan ini akan mengintegrasikan kedelapan desa dan memangkas biaya transportasi secara signifikan. Sehingga harga sembako menjadi lebih murah dan hasil kebun dapat dijual dengan harga yang lebih layak.
Baca juga : Warga Telen Bahagia, Nikmati Listrik 24 Jam
Ia memantau bahwa proyek jembatan ini telah masuk dalam daftar Multi Years Contract (MYC) di Bidang Bina Marga Dinas PUPR Kabupaten Kutai Timur, dan telah dianggarkan dengan total Rp36,7 miliar.
“Anggarannya Rp36,7 miliar itu tuntas, jembatan bisa langsung dimanfaatkan. Mungkin tahun pertama dianggarkan Rp12,7 miliar, tahun kedua sekitar Rp23 miliar. Dengan anggaran itu jadi tuntas,” katanya.
Aidil Fitri berharap pemerintah daerah segera memulai proyek vital ini di awal tahun, mengingat anggaran sudah dialokasikan untuk tahun jamak 2026-2027.
Dimana pembangunan jembatan ini bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi tentang peningkatan taraf hidup, keselamatan, dan keadilan ekonomi bagi masyarakat Telen. (Ir/Dr-Adv)






