Upnews

Bupati Ardiansyah Tekankan Pentingnya Data untuk Perkuat Ketahanan Pangan Kutim

Upnews.id, SANGATTA – Seminar hasil Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Kutai Timur 2025 digelar di Ruang Meranti, Kantor Bupati, Bukit Pelangi, Kamis (04/12/2025). Mengusung tema “Memperkuat Ketahanan Pangan Kutai Timur Melalui Analisis Data Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA): Data, Aksi dan Kolaborasi”, kegiatan ini dibuka langsung oleh Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman.

Hadir dalam seminar tersebut Sekretaris Diskominfo Staper Rasyid, Camat Sangatta Utara Hasdiah, para camat dari 18 kecamatan, kepala desa, serta perangkat daerah terkait.

Dalam sambutannya, Bupati Ardiansyah menyoroti besarnya potensi wilayah Kutim—baik pesisir Sangkulirang Mangkalihat hingga kawasan-kawasan subur seperti Muara Wahau dan Kongbeng. Namun ia juga mengingatkan bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk membangun ketahanan pangan yang kuat.

Ia menjelaskan bahwa FSVA memiliki peran penting karena dapat menggambarkan kondisi kerentanan pangan secara lebih rinci hingga ke tingkat desa. Dengan begitu, pembangunan yang dilakukan pemerintah tidak lagi bersifat umum, tetapi berbasis data dan sesuai karakteristik tiap daerah.

“Kondisi ini menunjukkan bahwa setiap wilayah memiliki risiko dan kapasitasnya sendiri. Oleh karena itu, keberadaan FSVA bukan hanya penting tetapi sangat strategis bagi Kutim. Hal ini memungkinkan kita melihat perbedaan kondisi tersebut secara detail hingga level desa,” jelasnya.

Pria kelahiran 5 Februari 1964 itu juga mengungkapkan bahwa hasil FSVA 2025 menunjukkan adanya kemajuan di sejumlah desa. Meski begitu, masih ada beberapa wilayah yang tergolong rentan.

“Berdasarkan metode FSVA, analisis menunjukkan bahwa dari total 141 desa di Kutim, terdapat 13 desa yang masuk kategori agak rentan dan memerlukan perhatian lebih serius,” bebernya.

Sebelumnya, Ketua Panitia yang juga mewakili Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Edy Supriadi, menjelaskan bahwa FSVA menjadi pedoman utama dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Tujuannya agar program penanganan pangan tepat lokasi dan tepat sasaran.

Edy menambahkan bahwa seminar ini digelar untuk mengidentifikasi desa yang membutuhkan intervensi prioritas, sekaligus meningkatkan pemahaman lintas OPD terhadap kondisi ketahanan pangan di wilayah masing-masing. Dengan begitu, program intervensi bisa dilakukan secara kolaboratif serta selaras dengan perencanaan pembangunan di tingkat desa maupun kabupaten.

“Kondisi ini memerlukan pengertian bersama dan pendekatan intervensi, sekarang hingga perencanaan di tahun berikutnya,” pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut, panitia juga menyerahkan penghargaan kepada desa dan kelurahan dengan ketahanan pangan terbaik tahun 2025. Adapun penerimanya yaitu:

Peringkat 3: Muara Wahau Baru

Peringkat 2: Desa Bangun Jaya

Peringkat 1: Kelurahan Singa Gewe

(Ir/Nt/Dr-Adv)

Baca Juga

Back to top button