Sosok H. Bahcok Riandi: Kisah Perjuangan dari Kampung Terpencil Menuju Wakil Ketua Komisi C DPRD Kutim
upnews.id SANGATTA — Nama H. Bahcok Riandi adalah figur yang dikenal akrab di kalangan masyarakat Dapil IV DPRD Kutai Timur, yang meliputi wilayah Telen, Muara Wahau, dan Kombeng. Politisi dari Fraksi Partai Demokrat ini kini menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi C DPRD Kutim, namun ia membawa kisah hidup yang penuh perjuangan dan kemandirian sejak usia dini.
Masa Kecil dan Pengorbanan untuk Pendidikan
Lahir di Muara Bengkal pada tahun 1978, Bahcok tumbuh dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai pekebun, dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Kehidupan mereka dihadapkan pada tantangan ekonomi.
Saat Bahcok masih bayi, ayahnya memutuskan pindah ke sebuah kampung terpencil bernama Muara Pantun karena bekerja di perusahaan HTI (Hutan Tanaman Industri) milik Prabiwi Subianti.
Di Muara Pantun, fasilitas sangat terbatas, bahkan tidak ada sekolah. Demi masa depan anaknya, orang tua Bahcok berkorban. Pada usia enam tahun, ia dikirim kembali ke Muara Bengkal untuk mengejar pendidikan di SDN 06. Meskipun hidup serba kekurangan, orang tuanya menanamkan nilai bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk mengubah nasib.
Kemandirian Sejak Usia Sekolah
Sejak di bangku sekolah dasar, Bahcok menunjukkan semangat kewirausahaan dan kemandirian yang luar biasa. Untuk membantu meringankan beban biaya sekolah, ia mulai mencari nafkah sendiri dengan cara yang sederhana namun gigih: memetik sayur pakis di hutan dan menjualnya ke pasar. Dari hasil penjualan inilah ia belajar menghargai kerja keras dan nilai setiap rupiah yang diperoleh.
Semangat belajarnya tidak surut. Ia melanjutkan ke SMP Negeri Muara Bengkal. Keterbatasan ekonomi tak menjadi penghalang; ia tetap mencari sayur pakis dan hasil hutan lainnya untuk menambah uang jajan dan membeli kebutuhan sekolah.
Perjuangan Berat di Kota Samarinda
Didorong oleh tekad kuat orang tua, Bahcok memberanikan diri melanjutkan pendidikan ke ibu kota provinsi. Ia menumpang di rumah keluarga di Samarinda dan berhasil diterima di SMA Negeri 6 Samarinda.
Selama di Samarinda, perjuangannya semakin berat. Ia tidak hanya fokus belajar, tetapi juga mengambil berbagai pekerjaan serabutan untuk mencukupi kebutuhan hidup:
Menjadi buruh pelabuhan untuk mengangkut barang dan penumpang.
Bahkan, berjualan es lilin di jalanan kota.
“Berapa pun yang dikasih orang, saya terima dengan ikhlas,” kenangnya suatu kali, menunjukkan kerendahan hati dan pantang menyerah.
Kisah perjalanan H. Bahcok Riandi dari anak desa yang mencari nafkah dengan berjualan pakis hingga menjadi wakil rakyat Kutai Timur adalah bukti nyata kegigihan dan tekad kuat dapat mengubah nasib. Kini, dengan latar belakang yang lekat dengan rakyat kecil, ia berupaya keras membawa aspirasi masyarakat desa di Dapil IV agar mendapat perhatian dan alokasi pembangunan yang merata dari pemerintah daerah.(adv)






