Dinkes Kutim Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi Melalui Kesprocatin

Upnews.id, Sangatta – Tingginya kasus kematian pada bayi dan ibu secara nasional. Membaut Dinas Kesehatan Kabupaten (Dinkes) Kutai Timur menggelar penguatan pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin (Kesprocatin) tahun 2023, di Hotel Royal Victoria Sangatta (5/6/2023).
Sebagai upaya peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin di Kutim. Diperlukan kerja sama lintas program dan lintas sektor terkait, dalam upaya peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi pada calon pengantin.
Adapun peserta pada kegiatan tersebut yakni Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Selain itu ada pula pemerintah Kecamatan, Pimpus Puskesmas Sangatta Utara, Sangatta Selatan dan Teluk Lingga, serta KUA Sangatta Utara dan Selatan.
Menurut keterangan Kepala Dinas Kesehatan (Kadindes) Kutai Timur dr. Bahrani, saat ini Indonesia masih menghadapi tingginya kasus kematian ibu dan bayi. Dimana dalam satu jam terdapat satu hingga dua ibu melahirkan yang meninggal dunia.
“Sedangkan kematian bayi juga begitu, ada 8 orang meninggal setiap 1 jam. Jadi masalahnya sangat besar, belum lagi masalah stunting dan lain lain,” sebut dr. Bahrani.
Kadinkes menyebut jika pada tahun 2035, Indonesia dapat bonus demografi. Dimana usia produktif akan lebih dominan dibandingkan dengan usia non produktif.
Baca Juga : Hadi Mulyadi Apresiasi Program Nikah Geratis Gelaran iCare
“Kalau sekarang 1 orang usia produktif menanggung 2-3 orang yang tidak produktif. Tapi ditahun 2035 nanti 2-3 orang usia produktif hanya menanggung 1 orang tidak produktif. Karena itu perlu kita persiapkan dari sekarang,” tambahnya.
Guna menghindari tingginya kasus kematian ibu dan anak di Kutai Timur, dr. Bahrani meminta kepada para calon pengantin untuk melakukan pemeriksaan 3 bulan sebelum menikah. Hal itu dilakukan jika dalam pemeriksaan ditemukan masalah kesehatan bisa ditangani sejak dini dan dicarikan solusinya.
Sementara itu, Bupati Kutai Timur melalui Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Poniso Suryo Renggono yang membuka acara tersebut. Meminta agar persoalan ini menjadi perhatian pihak terkait, dan berupaya untuk penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
“Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tengah melakukan berbagai intervensi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi sebagai upaya penurunan AKI dan AKB. Namun hingga kini hasilnya belum seperti yang diharapkan,” sebut Poniso.
Baca Juga : Pemprov Kaltim Siapkan Anggaran Rp 3,7 Miliar untuk Tangani Stunting
Dengan konsep paradigma sehat, maka upaya percepatan penurunan AKI dan AKB harus dilaksanakan lebih ke arah hulu yaitu pada masa sebelum hamil atau pra konsepsi. Hal ini dapat diupayakan melalui peningkatan kesehatan reproduksi.
Poniso berharap kepada peserta yang hadir agar dapat memberikan dukungan berupa komitmen dan keterlibatan secara langsung. Berupa mendorong dan mewajibkan calon pengantin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum melangsungkan pernikahan.
“Dengan demikian kita menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi, agar mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi serta mencegah stunting,” tutupnya. (Ir/Dr-Adv)