Upnews

Lima Riset Anyar BRIDA Kutim, dari Bus Listrik sampai Ketahanan Pangan

Upnews.id, SANGATTA – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kutai Timur (Kutim) kembali tancap gas. Setelah anggaran perubahan ditetapkan, lembaga ini langsung memulai lima kajian besar yang dianggap paling strategis untuk mendorong pembangunan berbasis data dan riset. Mulai dari transportasi listrik, bandara, sampai ketahanan pangan, semuanya masuk radar.

Kepala BRIDA Kutim, Juliansyah melalui Peneliti Ahli Pertama Bagus Rai Wibowo, menjelaskan bahwa fokus utama BRIDA saat ini adalah memastikan setiap kebijakan pemerintah daerah punya dasar ilmiah yang kuat—bukan sekadar wacana.

Salah satu kajian yang sedang berjalan adalah soal bus listrik gratis untuk pelajar. BRIDA kini sedang menilai kelayakannya dari sisi teknis, biaya, hingga dampak lingkungannya.

“Semua aspek kita cek satu per satu. Kalau lancar, tahun depan kita harap sudah bisa mulai diuji coba,” ujar Bagus.

Kajian lainnya melibatkan Universitas Indonesia (UI), yaitu analisis pemanfaatan Bandara Tanjung Bara. Selama ini bandara tersebut digunakan terbatas oleh perusahaan, dan BRIDA ingin melihat peluang agar fasilitas itu bisa dipakai lebih luas untuk kebutuhan masyarakat sekaligus mendorong ekonomi lokal.

“Kajian ini bukan hanya melihat potensi komersialisasinya, tapi juga peluang naik kelas jadi bandara nasional bahkan internasional,” jelasnya.

Tak kalah penting, BRIDA juga tengah mengevaluasi program Rp 250 juta per RT per tahun. Bekerja sama dengan Unmul dan melibatkan Akbar Tanjung dari DPRD Kutim, kajian ini digarap untuk memastikan program besar tersebut benar-benar tepat sasaran dan memberi manfaat nyata.

“Kita ingin memastikan dana itu tidak sekadar terserap, tapi juga akuntabel dan berdampak di masyarakat,” jelas Bagus.

BRIDA juga mengerjakan kajian soal layanan Dukcapil Mandiri, yaitu mesin layanan kependudukan yang memungkinkan warga mencetak dokumen sendiri—mirip mesin ATM. Program ini sudah diuji coba di Sangatta Utara dan Selatan, dan rencananya akan diperluas ke 16 kecamatan lain.

“Inovasi ini terbukti mempercepat pelayanan dan mengurangi antrean,” tambahnya.

Tak ketinggalan, sektor ketahanan pangan juga masuk fokus riset. BRIDA sedang menyiapkan peta riset untuk memastikan Kutim siap menghadapi tantangan pangan ke depan, termasuk potensi krisis dan lonjakan harga.

“Kita ingin Kutim punya pondasi ketahanan pangan yang kuat,” tegas Bagus.

Menurutnya, kelima kajian ini mencerminkan tekad BRIDA untuk menjadi motor inovasi daerah. Hasil riset diharapkan bisa memperkuat kualitas kebijakan pemerintah dan memberi manfaat langsung bagi masyarakat.

“BRIDA bukan cuma lembaga penelitian, tapi bagian dari solusi nyata untuk pembangunan Kutim,” pungkas Bagus.(Ir/Nt/Dr-Adv)

Baca Juga

Back to top button