Harapan Sigit Wibowo untuk Masalah Air Bersih

Upnews.id, Samarinda – Permasalahan air bersih di Kota Balikpapan masih menjadi persoalan yang belum bisa dituntaskan oleh pemerintah kota. Krisis air bersih selalu menjadi keluhan warga di kota yang masuk daftar kota layak huni ini.
Ditambah semakin berkembangnya populasi dan industri di Bumi Manuntung, ketersediaan air yang ada semakin tidak cukup. Teranyar, Kota Balikpapan mengalami defisit air bersih hingga 1.900 liter per detik.
Hal ini terjadi karena sumber baku air bersih seperti Waduk Teritip, Waduk Manggar, dan lainnya mengalami penurunan debit. Terlebih saat musim kemarau, situasinya akan lebih pelik. Karena waduk-waduk itu cenderung bersifat tadah hujan.
Untuk mengatasinya sendiri masih dilematis. Jika pemkot ingin menggunakan air laut, harga air bersihnya mahal, mencapai Rp30 ribu per liter. Sementara opsi ambil air dari Mahakam, butuh proses yang sangat lama.
Sempat muncul wacana membeli air dari PPU, tapi diurungkan. Terdekat, Pemkot Balikpapan sedang ‘merayu’ Pemerintah Pusat agar mau menjual air dari Bendungan Sepaku ke mereka. Namun rencana ini masih dalam perdebatan. Sambil, pemkot juga terus mengkaji beberapa pilihan. Dua di antaranya adalah menggunakan air laut atau air Sungai Mahakam.
Anggota DPRD Kaltim Sigit Wibowo dapil Kota Balikpapan mengatakan, setiap kali melakukan reses keluhan yang disampaikan kepadanya pun selalu berkaitan dengan air bersih. Sementara air bersih termasuk kebutuhan hidup utama.
Menurutnya, masalah air bersih di Kota Balikpapan tidak bisa hanya diatasi di level kota saja alias oleh pemkot saja. Perlu sinergi dengan kabupaten dan kota di sekitarnya, juga Pemprov Kaltim.
“Setiap reses di Balikpapan keluhannya pasti air bersih. Kalau Samarinda keluhannya sering mati air. Karena mahakam lagi kering, jadi tergabung dengan air mahakam,” jelas Sigit belum lama ini.
“Kalau di Balikpapan kita cuma punya waduk saja. Kalau waduk habis ya habis. Apalagi kalau kemarau,” tambahnya.
Sigit sempat mengusulkan soal penggunaan air tanah. Namun kekurangannya, akan berdampak menggerus lapisan tanah yang ada di atas. Pun kalau pakai teknologi, biayanya cukup besar. Nggak worth it.
Pria kelahiran Balikpapan ini mengaku senang jika rencana untuk membeli air dari bendungan sepaku bisa menjadi deal. Dia berharap kajian penggunaan air dari Sepaku ke Balikpapan itu bisa segera keluar hasilnya.
Pada sisi lain, Sigit juga punya ide lain sebagai solusi jangka panjang. Meski berbiaya besar, namun solusi ini akan bermanfaat dalam beberapa waktu ke depan. Bukan hanya solusi jangka pendek. Sehingga untuk eksekusinya perlu campur tangan pemerintah pusat.
“Dulu pernah, mau bikin saluran di Loa Kulu itu dibawa ke Balikpapan. Tapi biayanya besar,” kata Sigit.
“Tapi kalau itu dilakukan dengan kerja sama antara pemerintah pusat, provinsi, dan juga kabupaten/kota, akan sangat bermanfaat.”
“Bisa dibawa ke Penajam, ke Paser, dan Kota Balikpapan. Itu usulan saya waktu itu, tapi jangka panjang. Kalau pemerintah kabupaten kota dan provinsi aja nggak sanggup. Karena pipanya panjang,” tambahnya.
Meski itu merupakan proyek besar yang tidak mudah, namun Sigit melihat manfaatnya akan banyak. Termasuk daerah perbatasan Kutai Kartanegara dan Balikpapan yang termasuk akan sangat terdampak manfaatnya.
“Tinggal kebijakan pemerintah ini mau ngapain? Kalau saya lihat Balikpapan, kadang sedih juga saya lihatnya.”
“Jadi kalau air bersih kita bertanggungjawab semua kabupaten kota gabisa Balikpapan aja,” pungkasnya. (Ir/Nt/Dr-Adv)