Dinkes Kutim Pastikan Kesiapan Sekolah Menuju PTM
Upnews.id, Sangatta – Pembelajaran Tatam Muka (PTM) digadang-gadang bakal dilakukan pada awal bulan Juli mendatang. Berbagai persiapan pun terus dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur, melalui sekolah-sekolah dibawahnya.
Demi memastikan sesuai dengan penerapan Protokol Kesehatan (Prokes), Dinas Kesehatan Kutim melalui Satgas Covid-19, Puskesmas Sangatta Utara melakukan pemeriksaan terhadap beberapa Sekolah Negeri di Sangatta pada Senin (17/5/2021).
“Kami mendatangi satu-persatu sekolah untuk mengecek kelengkapan dalam menghadapi persiapan tatap muka,” ujar Koordinator Satgas Covid-19 PTM Puskesmas Sangatta Utara, Apriarti Pramesti.
Tim dari Puskesmas Sangatta Utara hanya melakukan pemeriksaan terhadap 26 sekolah di bawah naungannya, yakni 12 SD, 10 SMP dan 4 Setingkat SMA di kecamatan Sangatta Utara.
Dalam pemeriksaan, tim membawa daftar tilik demi memastikan apakah persyaratan yang harus dilengkapi sekolah dalam menghadapi tatap muka sudah sepenuhnya terlaksana.
Persyaratan tersebut dimulai dari fasilitas protokol kesehatan hingga pengaturan sarana dan pra sarana baik di dalam dan di luar sekolah.
“Dari Dinas kami sudah disiapkan daftar tiliknya seperti CTPS, pengaturan prasarana dan sarana sekolah, toilet, ruang UKS, ruang guru dan sarana diluar sekolah,” ucap Apriarti.
Di tempat yang sama, Kepala Sekolah SD 001 Sangatta Utara Jamaluddin memastikan jarak antar siswa selama pembelajaran menjadi prosedur mendasar dalam persiapan PTM di sekolahnya.
Waktu pembelajaran dengan sistem bergantian juga sudah diatur oleh pihak sekolah untuk menghindari adanya kontak langsung.
“Nanti, dalam satu kelas akan dibagi dua shif. Jadi tidak full semua masuk kelas. Kelas pagi dan kelas siang, untuk pengaturan jam nya nanti kita akan rapatkan dulu,” ucap Jamaluddin.
Ia juga menambahkan bahwa tidak semua murid menjalani proses pembelajaran secara tatap muka.
Hal tersebut dikarenakan jumlah murid di SD 001 yang mencapai kurang lebih 900 orang, sehingga diyakini penggunaan sistem shift membuat banyak murid kehilangan waktu belajar.
“Dan semua tidak langsung masuk, ada yang masuk dan ada juga yang daring. Kalau masuk semua jelas tidak bisa. Sebab, jumlah murid kami sembilan ratusan,” tutupnya (nz)